Sebagai catatan, tulisan ini tidak dibuat berdasarkan teori
tertentu atau hasil analisis apapun, namun hanya berdasarkan logika dan
pengetahuan saya tentang teori ekonomi yang sudah kabur-kabur (maklum ga pernah
belajar lagi setelah lulus, hehehe). Saya hanya membayangkan sedang menjawab
soal ujian essai mata kuliah ekonomi moneter dengan pertanyaan sebagai berikut:
"Menurut anda, apa yang menyebabkan pelemahan IDR
terhadap USD yang diikuti dengan pelemahan IDR terhadap mata uang lainnya?
Bagaimana dampaknya terhadap kondisi ekonomi Indonesia? strategi seperti apa
yang harus dilakukan untuk menghadapi situasi ini?"
Pertanyaan tsb meminta 3 point jawaban, dan Saya punya dua
versi jawaban, sbb.:
1. Versi mode sensi/ngajak berantem,(asumsi: gua
ngebayangin ikut ujian jam 7 pagi selagi beres namatin drama 20 episode, dan
baru tidur jam 4 subuh, ga pake belajar):
- Salah sendiri. Siapa suruh main dollar. Wong yang jadi spekulan dan mencari keuntungan pribadi dari kondisi ini ga sedikit yang justru orang pribumi.
Salah sendiri gagal Swasembada-nya
keterlaluan, malu harusnya sama negara lain yang SDAnya cemen. Akibatnya harus
banyak impor yg transaksinya pasti ga pake rupiah. Kalau kita sendiri ga peduli
dan ga menghargai mata uang kita sendiri, gimana orang lain?
Mau nyalahin Amerika atau China yang
bikin regulasi seenak jidatnya, dan bilang mereka ga mikirin negara lain
mentang2 perekonomiannya udah maju? kata siapa ga mikirin negara lain. justru
karena terlalu banyak mikirin kita (negara lain) lah mereka ambil keputusan.
Kalau ga bisa lebih ningkatin grade sendiri, ya jatuhkanlah grade orang lain, So You Will Always
Be On Top, Right?
- Dampaknya yaa karena banyak komoditi dan transaksi yg tetap harus pake dollar, mau gimana lagi, perut harus tetap diisi, dan janji harus tetap dipenuhi, ujung-ujungnya ya harga yang melambung tinggi, disertai penurunan daya beli.. hihihihi
- Strategi terbaik? Kencangkan ikat pinggang. Masih belum trauma sama krisis ’98? punya lahan kosong? Kalau ga punya, ambil tanah di karung simpen di pinggir jalan depan rumah, tanemin ubi, singkong, dan pohon cabe, kumpulin kayu kering, buat persediaan makan, siapa tau udah ga mampu beli beras lagi nanti. Ayo kembali ke zaman sebelum peradaban dikenalnya mata uang hahahahaha..
Yah, tapi
kalau jawabannya kaya gitu, dari point maksimal 25, gua bisa-bisa Cuma dapet
nilai 3 buat upah nulis. At least gua butuh nilai 10 buat ga kapok nonton drama
di malam ujian hahaha.. so, gua akan jawab dengan versi 2.
2. Versi mikir, biar ga mubazirin duit rakyat buat bayarin SKS gua, walaupun dengan pengetahuan seadaanya sisa-sisa screening slide dan catatan kuliah diangkot pas mau berangkat ujian (biar ga terlalu merasa bersalah ga belajar sama sekali, paling enggak, ada usahanya biar ga nyesel bgt #ngeles) hahahahahahah :
- Kondisi pelemahan nilai rupiah sudah terjadi sebelumnya sejak AS memutuskan untuk melakukan pengetatan perekonomiannya. hal ini diperparah dengan kebijakan Tiongkok yang akhir2 ini telah melakukan devaluasi Yuan. padahal saat ini penggunaan Yuan sangatlah signifikan di dunia, hampir menjadi mata uang global penyaing dollar. Hal tersebut tidak lepas dari peran pemerintah Tiongkok dan warganya yang gencar menggunakan mata uang mereka sendiri , Yuan, untuk segala transaksi perdagangan internasional. Alhasil, dengan dilakukannya devaluasi Yuan (mungkin) dengan tujuan memicu ekspor Tiongkok, kepercayaan terhadap dollar menjadi semakin tinggi, dan semakin meninggalkan mata uang asing dibelakangnya termasuk rupiah.
- Pemerintah Indonesia yang sampai saat ini belum mengambil keputusan ekstrem utk menjaga nilai tukar, beralasan bahwa perekonomian Indonesia masih baik-baik saja. Namun sebenarnya memang tidak banyak yang bisa pemerintah lakukan mengingat rezim mata uang mengambang yang dianut Indonesia, ditambah dengan sistem demokrasi yang justru menyulitkan sinergi untuk mewujudkan suatu cita. Tidak seperti salah satu tujuan devaluasi Yuan, sayangnya terdepresiasinya nilai rupiah kurang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku ekonomi nasional untuk meningkatkan ekspor secara drastis dan pada akhirnya dapat membalikkan keadaan yaitu meningkatnya nilai rupiah. Permasalahan seakan terfokus pada sektor moneter dimana para spekulan terancam oleh kerugian yang sangat besar yang benar-benar akan dapat membahayakan perekonomian Indonesia.
- Memperbaki koordinasi antar regulator sehingga regulasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien akan membantu. Namun menurut saya perlu ada suatu gebrakan strategi untuk dapat mengatasi masalah depresasi rupiah yang berkelanjutan ini. Ekspektasi publik adalah salah satu hal yang dapat menjadi brigding antara sektor riil dan moneter. Dimulai dengan meningkatkan kepercayaan publik sendiri terhadap Rupiah (mencontoh apa yang dilakukan pemerintah Tiongkok beserta 1 miliar wargannya untuk percaya diri tehadap mata uangnya). Dengan penggunaan rupiah yang semakin banyak, akan meningkatkan harganya (hukum kelangkaan). Tentu harus didukung oleh kebijakan moneter yang mendukung dan terawasi dengan baik. Sealnjutnya ialah melakukan ...........................(lanjutin sendiri yah pake versi masing2, hehehe)
Keren bu..update trus ya tulisannya
ReplyDeletemakasih Pak.. maaf ya subyektif bgt tulisannya
DeleteKeren bu..update trus ya tulisannya
ReplyDeletewalaupun gue ga ngerti ekonomi, seenggaknya gue paham maksud lo dara haha..
ReplyDeleteyou are never change, keep being you DARA!
hahaa.. bagian mana yg never change? my charm? my beauty? hihii
DeleteKeren dar! Baru baca setelah di-share sm mas Wisnu di grup :p
ReplyDelete